Enam tahun lalu, seorang rabi ortodok dari Tepi Barat, Areleh Harel berniat membantu seorang pemeluk Yahudi ortodok -- yang juga seorang gay -- mewujudkan impiannya untuk menjadi suami dan ayah sesuai hukum Yahudi dan komunitasnya. Solusi yang lantas diambil rabi itu adalah, menikahkannya dengan seorang perempuan lesbian. Sama-sama penyuka sejenis.
Melalui seorang temannya, Harel menemukan seorang lesbian ortodok yang juga menginginkan sebuah keluarga tradisional. Setelah setahun dijodohkan, pasangan itu lantas menikah. Kini, mereka memiliki dua anak. Tak seorang pun dalam lingkungan mereka yang mengira mereka pasangan homoseksual.
Proyek perjodohan itu bertepatan dengan momentum penekanan yang dilakukan kaum gay dan lesbian ortodok pada para rabi, Mereka ingin diterima. Sebelum 2007, tak ada satupun organisasi gay ortodok di Israel, kini ada lima, salah satunya berbasis di Jerusalem.
Dalam banyak hal, Israel adalah tanah nol untuk hak-hak gay orang Yahudi Ortodoks. Advokat mengatakan bahwa jika rabbi di Tanah Suci menerima orang gay, toleransi akan bergema ke luar komunitas Ortodoks di seluruh dunia.
Sejak keberhasilan pertamanya itu, Harel telah menjadi mak comblang 13 pasangan gay dan lesbian. Praktiknya itu berlangsung diam-diam, tak diketahui siapapun, sampai musim semi tahun ini, saat beberapa orang mengetahui perjodohan tersebut. Harel juga sempat menyebutnya dalam sebuah diskusi panel di Jerusalem tentang hak-hak kaum homoseksual -- yang diliput media lokal dan langsung jadi berita heboh.
Sejumlah pemimpin kaum gay mengkritik pernikahan itu, menyebutnya sebagai tindakan curang dan represif. Sebaliknya, sejumlah rabi terkemuka mendukung Harel, memuji kerjanya sebagai mitzvah atau perbuatan mulia.
Beredarnya berita itu juga memengaruhi keseharian Harel. Banyak kaum gay ortodok meneleponnya dan menanyakan, "apakah ini tepat untuk saya."
Harel, kini 37 tahun, mengatakan, pertanyaan-pertanyaan yang bertubi membuat ia termotivasi untuk melangkah lebih jauh dalam proyeknya. Caranya, menggunakan internet. September tahun ini ia berencana membuat perjodohan online untuk kaum gay ortodok.
"Ini solusi terbaik yang bisa kami tawarkan pada orang-orang yang ingin mematuhi hukum Yahudi, halacha," kata Harel seperti dimuat Time, 16 Agustus 2011. "Meski, ini mungkin bukan solusi sempurna."
Proyek perjodohan online itu akan dioperasikan akhir tahun ini. Saat ini, ia sedang melatih lima mak combang bawahannya. Uniknya, mereka adalah heteroseksual.
Proyek perjodohan itu bertepatan dengan momentum penekanan yang dilakukan kaum gay dan lesbian ortodok pada para rabi, Mereka ingin diterima. Sebelum 2007, tak ada satupun organisasi gay ortodok di Israel, kini ada lima, salah satunya berbasis di Jerusalem.
Dalam banyak hal, Israel adalah tanah nol untuk hak-hak gay orang Yahudi Ortodoks. Advokat mengatakan bahwa jika rabbi di Tanah Suci menerima orang gay, toleransi akan bergema ke luar komunitas Ortodoks di seluruh dunia.
Sejak keberhasilan pertamanya itu, Harel telah menjadi mak comblang 13 pasangan gay dan lesbian. Praktiknya itu berlangsung diam-diam, tak diketahui siapapun, sampai musim semi tahun ini, saat beberapa orang mengetahui perjodohan tersebut. Harel juga sempat menyebutnya dalam sebuah diskusi panel di Jerusalem tentang hak-hak kaum homoseksual -- yang diliput media lokal dan langsung jadi berita heboh.
Sejumlah pemimpin kaum gay mengkritik pernikahan itu, menyebutnya sebagai tindakan curang dan represif. Sebaliknya, sejumlah rabi terkemuka mendukung Harel, memuji kerjanya sebagai mitzvah atau perbuatan mulia.
Beredarnya berita itu juga memengaruhi keseharian Harel. Banyak kaum gay ortodok meneleponnya dan menanyakan, "apakah ini tepat untuk saya."
Harel, kini 37 tahun, mengatakan, pertanyaan-pertanyaan yang bertubi membuat ia termotivasi untuk melangkah lebih jauh dalam proyeknya. Caranya, menggunakan internet. September tahun ini ia berencana membuat perjodohan online untuk kaum gay ortodok.
"Ini solusi terbaik yang bisa kami tawarkan pada orang-orang yang ingin mematuhi hukum Yahudi, halacha," kata Harel seperti dimuat Time, 16 Agustus 2011. "Meski, ini mungkin bukan solusi sempurna."
Proyek perjodohan online itu akan dioperasikan akhir tahun ini. Saat ini, ia sedang melatih lima mak combang bawahannya. Uniknya, mereka adalah heteroseksual.
No comments:
Post a Comment